Penulis: Mosaicrile
Penyunting: Jia Effendie & Nurisya Febrianti
Penyelaras Aksara: Yuke Ratna
Desain Sampul: Abimanagara
Ilustrasi Isi: Olivier Le Moal/shutterstock.com
Penata Letak: Rosady N.
Penerbit: PT Storial Indonesia Jaya
ISBN: 978-623-94061-9-6
Sinopsis:
Bagi Elaine Daniswara, dongeng indah hanyalah omong kosong. Sang ibu tiri, Jeemah Andora, bertekad membunuhnya demi harta. Elaine tidak memiliki siapa pun selain berharap pada perlindungan Ian Cakra, pengawal pribadi keluarga Daniswara. Akan tetapi, Ian justru menginginkannya mati. Perubahan sikap Ian membuat Elaine merasa seperti kehilangan penggalan episode dalam hidupnya.
Dapatkan Elaine lolos dari Ian serta berhasil melawan ibu tiri yang hendak mengambil nyawanya?
***
"Kamu bilang kamu tidak mau dibunuh pakai pistol. Hari ini aku membawa pisau."
Halooo! Buat kalian yang membaca ulasanku ini aku cuma mau bilang ulasan ini pernah aku tuliskan di instagram dan mungkin akan berbeda dengan versi di blog karena aku menulis ulang beberapa hal yang aku suka dan tidak suka dari novel Shelter ini.
Awal mula aku tertarik dengan novel ini tentu saja karena cover-nya yang sangat memukau. Lalu ketika aku mulai membaca blurb-nya aku jadi penasaran dengan sesosok Ian Cakra yang mengkhianati keluarga Daniswara.
Ada yang sama kayak aku nggak sih penasaran kenapa Ian bertingkah seperti itu sedangkan Elaine sangat mempercayainya? Duhhh aku tuh gedeg banget sama Si Ian.
Aku perkenalkan satu-satu tokoh yang ada di dalam cerita ini yaa.
Elaine Daniswara adalah tokoh utama yang hidupnya sangat berkecukupan karena ayahnya memiliki sebuah perusahaan yang cukup besar. Kehilangan seorang ibu ketika ia masih kecil menjadikannya gadis yang kesepian. Sampai pada akhirnya ayahnya—Daniswara membawa sosok remaja kecil untuk tinggal bersama dengan mereka.
Ian Cakra—remaja kecil yang di asuh oleh keluarga Daniswara sekaligus menjadi pengawal setia keluarga Daniswara. Ia tumbuh di bawah atap yang sama berbagi banyak kisah dengan Elaine sampai pada akhirnya ia berubah menjadi pengkhianat.
Jeemah Andora—uhh menyebut nama dia saja aku males banget, adalah ibu tiri dari Elaine. Sosok yang bisa dikatakan antagonis di dalam cerita ini. Sejak umurnya 17 tahun dia sudah bekerja di kantor Daniswara. Dan entah bagaimana permulaannya, akhirnya ia di jadikan istri oleh Daniswara setelah kepergian istri tercintanya. Keberadaan Jemaah di dalam keluarga Elaine menjadikan ia sasaran akan ambisi Jemaah untuk menghancurkannya, demi harta.
Hezkiel Nataliz—artis ibukota yang mempunyai hati bak malaikat. Sosok Hez-lah yang menyelamatkan Elaine dari maut ketika jasadnya di buang oleh Ian Cakra. Hez menampung Elaine serta merawat gadis tersebut sampai ia menemukan kembali ingatannya yang hilang pasca kecelakaan.
Dan beberapa tokoh lain seperti Dokter Kanya, Dokter Ava dan Saul yang mempunyai peran dalam perjalanan kisah ini.
Sudah bisa menebak nggak sih alur cerita ini akan seperti apa? Membaca cerita ini seperti mengurai benang yang kusut. Walaupun aku mencoba menebak-nebak tiap alur cerita pasti ada saja kejutan lainnya yang terjadi. Kalau biasa ketika membaca thriller kita akan sibuk menebak siapa pembunuhnya tapi cerita ini malah sudah di jelaskan di prolog siapa pembunuh Elaine. Hanya saja aku masih nggak percaya dan berpikiran positif kalau Ian bukan dalang di balik semua kesakitan yang di terima oleh Elaine. Tapi sayangnya harapanku hanyalah tinggal harapan.
Kalau ada sosok paling aku benci orangnya adalah Jeemah. Aku enggak tahu kenapa dia begitu berambisi terhadap harta orang lain bahkan tanpa kasih sayang ia membunuh anak dari suaminya sendiri. Terkadang karena harta seseorang bisa menjadi sangat tidak berperikemanusiaan. Dan Jeemah adalah orang yang seperti itu. Selain itu, Jeemah dengan kelicikannya berhasil membuat sosok Ian berpindah mematuhi semua perintahnya. Uhh sebel banget.
Dan sosok yang berhasil menarik perhatianku adalah Hezkiel. Dengan semua kebaikan yang ia beri untuk Elaine menjadikan dia second lead yang berhak menarik perhatian pembaca. Kepedulian Hez terhadap Elaine kian lama pun menumbuhkan rasa di antara salah satunya. Tapii sayangnyaaa... ah sudahlah.
Ceria ini mempunyai alur maju mundur. Di mana alur munjur tersebut menceritakan tentang kisah Ian dan Elaine. Aku suka bagaimana penulis membangun chemistry di antara Elaine-Ian padahal interaksi mereka di cerita ini sangatlah minim. Serta aku juga suka dengan unsur psikologi yang ada di cerita ini. Bagaimana Dokter Ava melakukan terapi terhadap Elaine untuk mengingat masa lalunya.
Untuk penokohannya pun kuat. Sosok Jeemah-lah yang patut di apresiasi karena dia benar-benar berperan sebagai Ibu tiri yang kejam.
Novel ini bercerita tentang kesetiaan seorang Elaine kepada Ian, tentang ambisi Jeemah terhadap harta, tentang kebaikan hati seorang Hezkiel, tentang kesalahpahaman yang timbul akibat kurangnya komunikasi, tentang prasangka yang tidak ada tapi menjadi ada.
Dan untuk ending ceritanya, duhh aku enggak tahu apa ini akan di sebut happy end atau bukan tapi bagiku ending yang di tuliskan oleh penulis adalah ending terbaik untuk kisah ini, terutama untuk Elaine-Ian. Hanya saja bagian penyelesaian ceritanya yang menurutku terlalu terburu-buru. Jadi klimaks dari konflik cerita ini kurang aku terima. (pembaca banyak mau hikss).
Untuk kalian pecinta thriller romance, novel ini aku rekomendasikan untuk di baca. Kalian akan di buat jatuh cinta dengan tokoh cerita ini atau kalian juga akan di buat kesel sekaligus ingin mencaci maki tokoh ceritanya. Dan yaaa sekian ulasan yang singkat dariku. Silahkan komen di bawah kalau kalian sudah membaca cerita ini. Luuvv.
Posting Komentar