Penulis: J. S. Khairen
Penyunting: MB Winata
Penyelaras Aksara: Sein Arlo
Penata Letak: Nunu
Penyelaras Tata Letak: Bayu N. L.
Desainer Sampul: @Arcahyadi
Penyelaras Sampul: Raden Monic
Penerbit: PT Bukune Kreatif Cipta
ISBN: 978-620-220-335-3
Sinopsis:
Alumni Kampus UDEL kini telah lulus. Masuk ke dunia nyata yang penuh tikus. Ada yang bertahan, ada yang sebentar lagi mampus.
Kerja di Bank EEK? Ada. Kerjanya pindah terus? Ada. Bimbang ikut keinginan orangtua atau ikut kata hati? Ada. Apa lagi pengangguran banyak acara, pasti ada. Namun, diam-diam ada juga yang karirnya lancar, gajinya mekar, dan jodohnya gempar menggelegar.
Mendapat intimidasi dari rekan kerja, lingkungan, dan keluarga itu sudah biasa. Mendapat cemoohan bagi yang ingin berkarya, jelas jauh lebih biasa. Menerima perlakuan semena-mena, hingga tertawaan dan hinaan adalah sarapan pagi.
Akankah mereka bertahan di dunia yang penuh intrik ini? Atau mereka harus jadi jongos berdasi, pura-pura mampu beradaptasi, dengan tantangan dunia yang terus gonta-ganti?
***
“Orang yang terbiasa gagal, namun tak berhenti dan malah terus cari jalan baru, mereka layak disegani. Hati-hati, orang seperti mereka ini bahkan siap mengelilingi Bumi dengan kakinya sendiri, untuk mendapat apa yang mereka cari. Sunyi, sunyi, tiba-tiba mereka sudah di tempat tertinggi.”
Kami bukan jongos berdasi adalah sekuel dari buku sebelumnya. Jika di buku kami bukan sarjana kertas bercerita tentang kehidupan Ogi dan teman-temannya selama kuliah, maka di buku kami bukan jongos berdasi bercerita tentang kehidupan setelah mereka lulus kuliah. Bagaimana mereka setelah lulus mencari pekerjaan, pontang panting dari satu tempat kerja ke tempat kerja berikutnya, yang mempunyai semangat untuk mendapatkan gaji tinggi, ada yang diam-diam berusaha untuk terus bisa mewujudkan mimpi-mimpi, ada yang berada di persimpangan jalan dan tidak tahu hendak akan kemana lagi. Dan perjalanan yang penuh lika liku itu tidak mudah. Banyak halangan dan rintangan yang harus mereka lewati. Dalam satu buku ini hampir semua permasalahan hidup di rangkum menjadi satu. Itu sebabnya ketika ada teman yang bertanya bagaimana isi buku ini, maka saya bilang "kalau kalian suka dengan cerita yang realistis maka buku ini cocok untuk di baca." Dari semua tokoh kita jadi bisa berkaca bagaimana dunia yang sesungguhnya.
Ogi, mahasiswa yang di DO dari kampus UDEL kini berada di atas mimpi-mimpinya di negeri Amerika sana. Ia mempunyai mimpi yang tak kalah hebatnya ketika hendak pulang ke tanah air.
Gala, anak dari seorang pengusaha yang sukses dengan jeri payahnya sendiri. Walau dulu ia sempat perang dingin dengan ayahnya tapi ia melewati itu semua dengan baik. Sekarang ia menjadi sosok guru bersama banyak mimpi dan seorang wanita yang terus akan bersamanya.
Juwisa, yang kata Ogi ada Ubin Mesjid karena dengan melihat wajahnya saja sudah adem. Juwisa mempunyai mimpi yang sangat besar. S2 keluar negeri adalah cita-citanya tapi apa boleh di kata, takdir mempunyai kejutannya sendiri yang membuat Juwisa kalah dengan mimpinya sendiri.
Randi, si ambisius yang lulus 3,5 tahun. Terpontang-panting dengan kerjaannya sebagai wartawan. Yang punya mimpi menjadi kaya raya lalu menikah. Tapi lagi-lagi takdir terhadap Randi juga suka bercanda.
Sania, yang mempunyai mimpi menjadi seorang diva terkenal harus mengubur dalam-dalam mimpi tersebut. Di pecat dari satu pekerjaan membuatnya putus harapan hingga sebuah cahaya itu datang, membawanya kepada sebuah keberhasilan. Dan untuk melewati itu semua butuh usaha yang sangat besar.
Arko, si fotografer yang mempunyai mimpi keliling dunia. Berhasil datang ke Eropa untuk membentangkan mimpinya. Tapi lagi-lagi ia harus takluk dengan keadaan. Kuliah yang belum lulus pun mengharuskannya menyelesaikan kewajiban tersebut.
Cath, mahasiswa yang keluar dari kampus UDEL demi melanjutkan sekolahnya ke luar negeri. Perjalanan hidupnya pun tak semudah yang orang pikirkan. Walaupun ia hidup berkecukupan tapi ada saja rintangan yang harus ia lalui dan menjadi seorang lawyer adalah mimpi besarnya.
Terakhir ada ibu Dosen Lira, dosen kesayangan mereka semua. Bahkan Lira sekalipun punya permasalahannya tersendiri terhadap mimpi-mimpinya.
Membaca novel ini seperti menjadi manusia yang sebenarnya bahwa sehebat apapun jabatan, kekayaan dan segalanya kita di paksa harus takluk dengan takdir. Berdamai dengan ego kita sendiri. Berusaha dan terus berusaha. Menanamkan banyak kesabaran yang akan di tuai ketika sudah waktunya. Dan yang paling penting adalah ketika kita merangkak, kita selalu membutuhkan pegangan. Seperti ibarat anjing, kita harus menjadi anjing untuk saling menggonggong mimpi orang-orang yang kita sayangi.
“Jika hidupmu tak seru, berhentilah membicarakan orang melulu. Cari dan pelajarilah sesuatu yang baru. Terima tantangan, telusuri rintangan, kejar sesuatu yang bermakna, hingga kesasar kalau perlu. Karena, tersesat di jalan yang benar, lebih baik daripada melaju mulus di jalan yang salah.”
#mulaimenulisblog #reviewbuku #antaaessreview #ulasanbuku #kamibukanjongosberdasi
Suka sekali dengan kutipan-kutipan novel yang ada di atas 😊
BalasHapusWah, buku ini dan buku sebelumnya masih jadi wishlistku. Komentarku penulisan kata depan dan kata kerja saja, ya. Kemana seharusnya dipisah jadi ke mana. Di rangkum, di tuai, di baca seharusnya disambung semua karena kata kerja. Baca lagi ya buku PUEBI nya. 😊 Tetap semangat menulis. 💪
BalasHapusKutipannya mantap betul 😍. Kayaknya bukunya tersirat banyak pesan, ya.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus🙁 wishlistku yaampun. Emang bagus banget bukunya setelah baca kutipannya 😭😭
BalasHapusAku kira ini dulu non fiksi 😅
BalasHapus