Judul: Madielief
Penulis: Kiranada
Editor: Luthfiah Syahidah
Perwajahan Isi: Maulana Yunus
Desain Sampul: Maulana Yunus
Penerbit: PT. Panca Mandiri Langit Publising
ISBN: 978-632-7471-01-1
Sinopsis:
“Aku dinyatakan gila. Sehari setelah aku mengunyah serangga, Ayah dan Bunda putus asa. Mereka melepasku, tetapi apa yang mereka lakukan terhadapku adalah kejahatan. Mereka menjerumuskan namaku dalam daftar anak yang menderita sakit jiwa. Padahal mereka tahu, bahwa aku sama sekali tidak sakit jiwa.”
-Aditya Musa, 1972
Anjani, seorang calon psikiater muda yang ditugaskan melakukan riset di sebuah Rumah Sakit Jiwa khusus anak dan remaja, Madielief. Wanita muda itu menemukan kejanggalan kala penelitiannya terhambat pada salah satu pasien yang tak pernah bicara, Aditya Musa, satu-satunya pasien dengan kewarasan pada sorot matanya. Hari demi hari, Anjani menyadari ada yang tak beres dengan rumah sakit itu. Pasien hilang satu persatu bersama hadirnya anomali senandung dini hari. Meski semua tak tampak sebagaimana mestinya, sang pemilik rumah sakit berdarah Belanda, Rudy Van Halen meluruskan pandangan Anjani bahwa segalanya baik-baik saja, sampai musa berkata, “Sekali kau masuk Madilief, tidak akan ada jalan keluar.”
***
”Aku pernah membaca di suatu ensiklopedia, dan beberapa buku tentang ras dan etnis pedalaman. Beberapa dari mereka menjadikan serangga sebagai makanan pokok mereka. Apa mereka gila? Aku harus coba.”
Halo, bagi yang mampir kemari karena mencari bacaan yang ada unsur-unsur gilanya selamat kalian mampir di zona yang tepat haha karena di sepanjang ulasanku nanti kita akan bergila bersama.
Kali ini aku akan membahas satu buku tentang kejiwaan atau lebih tepatnya tentang psikologi. Anggaplah begitu.
Madielief adalah suatu buku yang menceritakan tentang seorang anak lelaki yang berumur 14 tahun yang di nyatakan gila karena ia memakan serangga. Namanya; Aditya Musa.
Selama ia bernaung di rumah sakit jiwa madielief ia menemukan banyak sekali kenjanggalan salah satunya dari pemilik rsj itu sendiri; Rudy Van Halen.
Dibawah naungan Rumah sakit Jiwa Madelief juga terdapat beberapa perawat seperti Suster Dewi yang sudah bekerja sejak awal dibangunnya RSJ ini. Serta ada seorang dokter magang bernama Anjani.
Ada suatu keunikan yang terjadi di malam hari di RSJ Madelief yaitu Suara dini hari yang terdengar dari ruang besi di lantai 4 tepatnya di sebelah kamar Musa. Terdapat banyak kejanggalan yang terjadi selama ini dan kesannya seperti tertutupi. Suara dini hari, pasien yang hilang, serta penemuan kepala salah satu pasien. Okee, ini terkesan menyeramkan tapi karena sudut pandang bercerita adalah anak-anak yang mengalami gangguan mental rasanya seperti sebuah permainan.
Nanti, di buku ini kalian juga akan berkenalan dengan Fajar. Seorang anak kecil berumur sekitar 9 tahun yang mentalnya terganggu karena kehilangan ayahnya. Serta kalian juga akan berkenalan dengan Amelia, si gadis kecil yang sangat pinter bermain piano.
Membaca buku ini seperti berpetualang bersama-sama untuk memecahkan tiap misteri dan kejanggalan yang terjadi. Yang menjadi tokoh favoritku di novel ini tentu saja adalah sosok; Musa. Anak kecil yang dimasukkan oleh orangtuanya ke dalam RSJ karena ia kedapatan memakan serangga. Musa mempunyai kebiasan menjurnal semua kejadian-kejadian yang terjadi lalu mencocokan dengan hal-hal yang membuatnya curiga.
Novel ini menghubungkan setiap tokoh dengan masa lalunya masing-masing. Masa lalu antara Rudy dan Anjani—dokter magang, Musa dan Amelia serta suara dini hari yang terjadi. Membaca novel ini rasanya seperti nano-nano; senang dan sedih bercampur menjadi satu. Dan aku suka banget dengan ending novel ini, ending terbuka yang membiarkan pembacanya menciptakan ekspektasi sendiri. Bukankah begitu? Hehe.
Well, aku rekomendasikan buku ini untuk kamu baca kalau kamu sedang ingin tertawa dan menangis di saat yang bersamaan.
Untuk Kira, semoga novel ini bisa di filmkan yaa! Aku jadi vas bunganya Amelia juga nggak apa-apa haha.
Posting Komentar