Judul: Dua Jejak
Penulis: Aqessa Aninda
Penyunting: Dion Rahman
Penata Letak: Debora Melina
Desainer Sampul: @Hayharits
ISBN: 978-623-00-0612-8
Sinopsis:
Katanya, untuk beranjak dan melanjutkan hidup kadang perlu dibantu orang lain.
“Aku ngerti, dia berarti banget untuk kkamu dan kamu nggak bisa dapetin dia, aku tahu. Makanya kamu pilih aku. Walau kamu ajak aku jalan, aku tahu aku bukan pilihan pertama kamu. Aku udah siap dengan konsekuensi itu…”
Dan menjadi realistis katanya adalah pilihan yang tepat.
“Terima kasih sudah menjaga aku tetap waras…”
Tapi bukankah kebahagian seharusnya kita yang ciptakan sendiri?
“Kinan ingin berterima kasih pada mereka dengan cara berhenti bersedih dan mulai belajar menjadi bahagia tanpa bertumpu dengan orang lain. Kinan tahu ini mungkin nggak masuk akal buat sebagian orang. Tapi Kinan yang tahu diri Kinan sendiri. Kapan Kinan harus lari, kapan Kinan harus berhenti.”
Dan menjadi realistis itu tetap harus jujur dengan perasaan kita sendiri bukan?
“Gue pengin memiliki lo bukan karena berkompetisi dengan siapa pun. Bukan juga karena gue butuh seseorang di samping gue. Bukan pengin punya seseorang yang bisa gue pamerin ke orang-orang. Jadi jelasin sebelah mananya gue anggap lo barang? Menurut lo selama ini gue ngapain? Apa lo nggak sadar sama sekali? Does he love you better than I do?”
Ini adalah bagian akhir dari kisah empat orang yang harus mengurai benang kusut di antara mereka. Karena setiap orang punya ruang khusus untuk seseorang yang sulit untuk digantikan oleh orang lain. mereka mengukirnya sedemikian rupa hingga tak ada senyawa apa pun yang mampu menghapusnya begitu saja.
***
Sebelum aku bahas lebih lanjut, Fyi aja ni, bagi kalian yang nggak asing lagi dengan nama Satrya a.k.a Mas satsat, ini novel lanjutan dari novel pertama dan kedua yaitu “Secangkir Kopi dan Pencakar Langit” dan “Satu Ruang”
Bagi kalian yang belum baca kedua novel tersebut sebaiknya di baca dulu biar di cerita “Dua Jejak” ini kalian ngga terkena spoiler. Yhaa.. bagi aku sih spoiler itu ngeselin. So, baca dulu dua novel sebelumnya dan mari baca ulasanku di bawah ini.
Dua Jejak bercerita tentang kisah empat orang yang harus mengurai benang kusut di antara mereka. Satrya, Kinan, Sabrina dan Abi. Mereka mempunyai masalahnya tersendiri. Satrya dan Kinan dengan kisah masa lalu yang terus menghantuinya, Sabrina dan Abi dengan segala keegoisannya.
Novel ini bagiku adalah penyempurna kisah mereka di novel sebelumnya.
Dari novel SKdPL namanya satrya memang sudah tidak asing lagi. Dimana ia menyukai seorang teman kerjanya bernama Athaya sedangkan Athaya menyukai Ghilman. Tapi, yang membuat Satrya menyukai Athaya bukan karena ia sebagai Athaya melainkan ia melihat Athaya sebagai bayang-bayang masa lalunya dengan sahabatnya dulu; Alisha.
Di novel Ruang Satu, menceritakan tentang Satrya bertemu dengan Kinan. Ia melihat Kinan seperti melihat dirinya sendiri. Rapuh. Hingga ia berpikir ia akan cocok dengan Kinan. Tapi, siapa tahu, Kinan mempunyai kisah masa lalu yang terus membayanginya yang membuatnya terus di hantui rasa bersalah. Ketika Satrya mendekat, Kinan memilih untuk menjauhinya karena Kinan tahu, Satrya akan menjadi masalah untuk hatinya nanti. Ketika Kinan menjauhi Satrya, Satrya bertemu dengan seorang wanita mungil yang mempunyai energi yang luar biasa dan itu menular ke Satrya. Walaupun hari-harinya di isi dengan kecerian Sabrina—gadis mungil—tak bisa membuatnya lupa dengan Kinan. Bagi Satrya Kinan sudah menyatu dengan hidupnya. Di lain sisi, Sabrina yang sudah jenuh dengan sikap Abi yang terus saja protektif terhadapnya tapi tak kunjung memperjelas hubungan di antara mereka.Pada akhirnya ia mencoba untuk menerima pertemanan yang di tawarkan oleh Satrya.
Dan di novel trilogi Dua Jejak, Satrya, Kinan, Sabrina, dan Abi mulai melerai satu persatu benang kusut di antara mereka. Mencoba menerima dan mengikhlaskan. Satrya semakin dekat dengan Sabrina ketika ia kehilangan kontak dengan Kinan. Kinan seolah hilang dari jarak pandang Satrya. Hingga Satrya putus asa dan memutuskan untuk memulai kisah dengan Sabrina. Kala itu, Sabrina juga sudah jengah dengan tingkah Abi lalu ia menerima Satrya.
Satu persatu masalah mereka di urai, dari alasan kenapa Kinan menarik diri dari Satrya, Abi yang menyesal dengan tingkahnya kepada Sabrina selama ini, tentang rasa yang di diam-diam di pendam Sabrina kepada Abi, tentang diam-diam Satrya masih mengharapkan Kinan kembali.
Rumit. Satu kata yang menggambarkan kisah ini.
“Ngapain gue dulu habis kendo nyamperin lo? Pulang kantor juga gue samperin? Atau cari celah kapan lo ketemu sama Lasha? Ngapain gue rela dipukulin sama lo pake buku? Ngapain gue marah lihat mobil Satrya depan rumah lo? Menurut lo selama ini gue ngapain, Sabrina? Apa lo nggak sadar sama sekali, Sab?”
Kalian pasti mempertanyakan kan bagaimana akhir kisah ini? Apa Satrya dengan Sabrina atau Satrya dengan Kinan apa Sabrina memberikan kesempatan untuk di perjuangkan kembali oleh Abi?
Hehe, baca bukunya. Kalau satu saja aku urai disini semua akan terjawab. Nggak akan seru jadinya.
Ahh iya, sosok Satrya yang terkenal gloomy ternyata brengsek juga di novel ini wkwk.
Penasarankan? Ayo segara temukan buku ini di gramedia terdekat. Btw, aku baca via gramedia digital.
Satu pelajaran terpenting yang aku dapatkan dari novel ini; terkadang kita harus mengalahkan ego untuk menemukan sesuatu yang selama ini kita inginkan. Beberapa memang perlu perjuangan yang lebih keras untuk mendapatkan hasil yang lebih indah.
Terima kasih Kak Echa atas cerita yang penuh dengan pelajaran tentang kehidupan ini. Di tunggu karyamu yang lainnya.
Posting Komentar